Ridwan Arsal

Jumat, 01 Februari 2013

Apakah Tahajud Harus Tidur Lebih Dahulu?

 Image

Pada dasarnya shalat malam / qiyamul lail / tahajud disukai untuk dilaksanakan setelah ½ malam atau pada pada 1/3 malam yang terakhir sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an
Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (Q.S. Al-Muzzamil [73] : 2-4)
Karena pada sepertiga malam adalah saat yang maqbul untuk bermunajat pada Allah SWT
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah dan Abu ‘Abdullah Al Aghor dari Abu Hurairah r.a.bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Rabb Tabaaraka wa Ta’ala kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: “Siapa yang berdo’a kepadaKu pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepadaKu pasti Aku ampuni“. (H.R. Bukhari No. 1077, No. 5846, No, 6940)

Demikianlah yang disyariatkan pada para Nabiyullah sejak jaman dahulu sebagaimana diceritakan oleh Rasulullah s.a.w. bahwa Nabi Daud melaksanakan shalat tahajud setelah tidur lebih dahulu
Telah bercerita kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah bercerita kepada kami Sufyan dari ‘Amru bin Dinar dari ‘Amru bin Aus ast-Tasaqafiy dia mendengar ‘Abdullah bin ‘Amru berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: “Puasa yang paling Allah cintai adalah puasa Nabi Daud ‘Alaihissalam, yaitu dia berpuasa satu hari dan berbuka satu hari dan shalat yang paling Allah sukai adalah shalatnya Nabi Daud ‘Alaihissalam pula, yaitu dia tidur hingga pertengahan malam lalu bangun mendirikan shalat pada sepertiga malam dan tidur lagi di akhir seperenam malamnya“. (H.R. Bukhari No. 3167)
Maka demikianlah pula yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w.
Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Abu Maryam Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja’far berkata; Telah mengabarkan kepadaku Syarik bin ‘Abdullah bin Abu Namir dari Kuraib dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma dia berkata; suatu ketika aku bermalam di rumah bibiku Maimunah, aku mendengar Rasulullah s.a.w.  berbincang-bincang bersama istrinya sesaat. Kemudian beliau tidur. Tatkala tiba waktu sepertiga malam terakhir, beliau duduk dan melihat ke langit lalu beliau membaca; “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (Q.S. Ali Imran [3] : 190). Lalu beliau berwudlu dan bersiwak, kemudian shalat sebelas raka’at. Setelah mendengar Bilal adzan, beliau shalat dua raka’at kemudian beliau keluar untuk shalat subuh. (H.R. Bukhari No. 4203 dan No. 5747)
Dari perkataan pada hadits-hadits sebelumnya di atas ketika ditanya : “Apakah baginda tidur lebih dahulu sebelum melaksanakan shalat witir? Beliau s.a.w. menjawab : “mataku memang tidur namun hatiku tidaklah tidur” H.R. Bukhari No. 3304, No. 1079, No 1874, No 3304  Muslim No. 738  dan No. 1219 Abu Daud No. 1143,  Nasa’i No 1679, Ahmad No 23307, Ibnu Hibban No. 2430, No. 2613)
Hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah s.a.w. tidur terlebih dahulu sebelum melaksanakan shalat Tahajud. Namun pada saat yang lain Rasulullah s.a.w tidur dulu sebelum shalat tahajud
Telah menceritakan kepada kami Abu Kamil, dia berkata; telah menceritakan kepada kami Zuhair, dia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dia berkata; saya mendatangi Al-Aswad bin Yazid dan saya memiliki hubungan saudara dan teman. Lalu saya berkata; “Abu Umar, ceritakanlah kepadaku apa yang telah diceritakan oleh umul mukminin kepadamu mengenai shalat malam Rasulullahs.a.w. maka (Abu Umar) Berkata; (Aisyah) Berkata; “Beliau tidur diawal malam dan menghidupkan akhir malamnya. Bila beliau mempunyai kebutuhan dengan keluarganya maka beliau tunaikan terlebih dahulu kebutuhannya, kemudian beliau tidur sebelum menyentuh air (mandi). Jika adzan pertama dikumandangkan, beliau serta merta meloncat.” (H.R. Ahmad No. 23567)
Maka mengakhirkan shalat malam adalah hal yang lebih disukai (mustahab) walaupun demikian tidak mengapa jika melaksanakannya di awal malam yaitu setelah shalat Isya atau tidak didahului dengan tidur. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Umar bin Khattab r.a.
Dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah bin Az Zubair dari ‘Abdurrahman bin ‘Abdul Qariy bahwa dia berkata; “Aku keluar bersama ‘Umar bin Al Khaththob r.a. pada malam Ramadhan menuju masjid, ‘Umar berkata: “Mereka yang tidur terlebih dahulu adalah lebih baik daripada yang shalat (qiyam ramadhan) di awal malam, yang ia maksudkan untuk mendirikan shalat di akhir malam, sedangkan orang-orang secara umum melakukan shalat pada awal malam(setelah Isya). (Atsar.R. Bukhari No. 1871)
Maka inilah  yang benar bahwa keduanya yaitu tidur dulu sebelum tahajud maupun tidak tidur sebelum tahajud pernah dilaksanakan oleh Rasulullah s.a.w. sebagaimana keterangan dari Aisyah r.ah.
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Muawiyah bin Shalih dari Abdullah bin Abu Qais seorang penduduk Bashrah, ia berkata; Aku bertanya kepada ‘Aisyah tentang shalat witir Rasulullah s.a.w.; “Bagaimana beliau shalat witir, apakah di permulaan malam atau di akhirnya?” ‘Aisyah menjawab; “Semua itu pernah beliau lakukan, kadang beliau shalat witir di awal malam dan kadang shalat witir di akhirnya.” Aku berkata; “Segala puji bagi Allah yang memberikan keleluasaan dalam masalah ini, lalu aku bertanya; “Bagaimana bacaan beliau? Apakah beliau membaca lirih atau dengan suara keras?” ‘Aisyah menjawab; “Semua itu juga pernah beliau lakukan, kadang beliau membaca lirih dan kadang dengan suara keras.” Aku berkata; “Segala puji bagi Allah yang memberikan keleluasaan dalam masalah ini “(H.R. Sunan Tirmidzi No. 2848)
Abu Isa berkata; Melalui jalur ini, hadits ini hasan gharib yaitu isnadnya hasan hanya saja diriwayatkan dari satu jalur saja.
Maka demikianlah yang dilaksanakan oleh Rasulullah s.a.w. terkadang berliau mengakhirkan shalat Isya dan menggabungkan nya dengan shalat tahajud di akhir malam.
Telah menceritakan kepada kami Adam berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah berkata, telah menceritakan kepada kami Sayyar bin Salamah berkata, “Aku dan bapakku datang menemui Abu Barzah Al Aslami, lalu berkata : “…Dan tidak jarang Beliau  s.a.w. mengakhirkan pelaksanaan shalat ‘Isya hingga sepertiga malam yang akhir, beliau tidak menyukai tidur sebelum shalat Isya dan mengobrol sesudahnya..” (H.R. Bukhari No. 729)
Telah menceritakan kepada kami Aswad telah mengabarkan kepada kami Isra`il dari Fudlail dari Mujahid dari Ibnu Umar r.a. ia berkata, “Rasulullah s.a.w. mengakhirkan shalat Isya hingga sebagian sahabat ada yang sedang shalat, bangun dari tidur dan ada yang mengerjakan shalat tahajud. Rasulullah s.a.w. kemudian bersabda: “Sekiranya tidak khawatir memberatkan umatku, niscaya akan aku perintahkan mereka untuk melaksanakan shalat pada waktu ini (yaitu di akhir malam), shalat ini, atau yang sepertinya.” (H.R. Ahmad No. 4594)
Pada hadits di atas jelas terlihat bahwa para sahabat ada yang tidur lebih dahulu dan bangun untuk shalat tahajud.
Setelah selesai shalat tahajud, Rasulullah s.a.w. menyempatkan tidur lagi sejenak (di seperenam malam) sebelum akhirnya bangun lagi pada waktu tiba saat shalat subuh
Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Syu’aib bin Al Laits telah menceritakan kepadaku ayahku dari kakekku dari Khalid bin Yazid dari Sa’id bin Abu Hilal dari Makhramah bin Sulaiman bahwa Kuraib bekas budak Ibnu Abbas, telah mengabarkan kepadanya, dia berkata; aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas; “Bagaimanakah shalat malam Rasulullah s.a.w. ?” Ibnu Abbas menjawab; “Aku pernah bermalam di sisi beliau, ketika itu beliau berada di rumah Maimunah, beliau tidur sehingga apabila sepertiga malam telah berlalu atau tengah malam, beliau bangun dan pergi ke bejana yang berisi air, beliau berwudlu dan aku pun ikut berwudlu bersama beliau, lalu beliau berdiri dan aku pun berdiri di samping kiri beliau, kemudian beliau menempatkanku di sebelah kanan beliau, beliau meletakkan tangannya di atas kepalaku seolah-olah menjewer telingaku dan membangunkanku, kemudian beliau shalat dua raka’at ringan, beliau membaca Al Fatihah di setiap raka’atnya kemudian salam, setelah itu beliau mengerjakan shalat hingga sebelas raka’at beserta witirnya, lalu tidur. Ketika Bilal datang, dia berkata; “Waktu shalat telah tiba wahai Rasulullah.” Maka beliau berdiri mengerjakan dua raka’at lalu shalat (subuh) bersama orang-orang.” (H.R. Abu Daud No. 1157)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar