Ridwan Arsal

Jumat, 16 November 2012

Contoh PTK Sekolah Dasar

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi tidak akan lepas dari perkembangan dalam bidang IPA. Perkembangan dari bidang IPA tidak mungkin terjadi bila tidak disertai dengan peningkatan mutu pendidikan IPA, sedangkan selama ini pelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran yang sulit.Hal ini dapat dilihat dari Nilai mata pelajaran IPA yang rata-rata masih rendah bila dibandingkan dengan pelajaran lainnya.Ini Menunjukkan masih rendahnya mutu pelajaran IPA.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi.Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar.Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar.Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep IPA.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001: 3).Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu model pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan terbimbing untuk mengungkapkan apakah dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA. Penulis memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran penemuan terbimbingn siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa hasil belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajar dengan metode pembelajaran konvensional. (Siadari, 2001:68). Dari beberapa hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa metode pembelajaran penemuan terbimbing sangat erat digunakan dalam kegiatan pembelajaran terutama kegiatan pembelajaran IPA
Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran IPA tentang pengaruh gaya terhadap gerak bendapada pembelajaran IPA yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Januari 2010 di kelas IV SD Negeri Hegarmanah III, Desa Hegarmanah, diperoleh persentase sebagai berkut:
Tabel 1.1
Persentase Nilai Ulangan Siswa pada Pengaruh gaya terhadap gerak benda







Rata-rata hasil tes akhir dari 35 siswa hanya 13 siswa (37 %) yang mendapat nilai sama atau diatas nilai KKM yang ditetapkan yakni 68, dan 22siswa (63 %) mendapat nilai dibawah KKM yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan hasil pembelajaran yang masih rendah.
Degan dasar itulah maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas berjudul : “Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Siswa pada Mata Pelajaran IPA Tentang Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda di Kelas IV SDN Hegarmanah III Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang telah penulis paparkan diatas, rumusan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa kelas IV dalam materi pengaruh gaya terhadap gerak benda pada mata pelajaran IPA?
2. Bagaimana proses peningkatan motivasi dan prestasi siswa kelas IV dalam materi pengaruh gaya terhadap gerak benda pada mata pelajaran IPA sebelum dan sesudah menggunakan penerapan metode penemuan terbimbing?
3. Seberapa besar peningkatan motivasi dan prestasi siswa kelas IV dalam materi pengaruh gaya terhadap gerak benda pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan penerapan metode penemuan terbimbing ?



C. Pemecahan Masalah Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi pokok permasalahan adalah rendahnya motivasi dan prestasi siswa pada mata pelajaran IPA khususnya materi pengaruh gaya terhadap gerak benda dalam mata pelajaran IPA. Sebagai pemecahan masalahnya adalah melalui proses pembelajaran menggunakan penerapan metode penemuan terbimbing . Siswa dianggap meningkat motivasi dan prestasinya, apabila semua siswa dapat mencapai nilai sama atau lebih besar dari KKM yakni 68.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diidentifikasi oleh peneliti, maka tujuan perbaikan dalam penelitian ini adalah untuk;
1. mengetahui penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa kelas IV dalam materi pengaruh gaya terhadap gerak benda pada mata pelajaran IPA;
2. mengetahui proses peningkatan motivasi dan prestasi siswa kelas IV dalam materi pengaruh gaya terhadap gerak benda padamata pelajaran IPA sebelum dan sesudah menggunakan penerapan metode penemuan terbimbing; dan
3. mengukur seberapa besar peningkatan motivasi dan prestasi siswa kelas IV dalam materi pengaruh gaya terhadap gerak benda pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan penerapan metode penemuan terbimbing .


E. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Laporan ini merupakan pemaparan penulis sebagai guru dalam rangka menyampaikan pengalaman dalam mengupayakan perbaikan pembelajaran di kelas IV pada pembelajaran IPA. Perbaikan pembelajaran dilakukan dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Laporan berisi tahapan-tahapan kegiatan penulis melakukan PTK sejak dari refleksi pengalaman, melakukan studi pendahuluan, berdiskusi dengan teman sejawat, merancang penelitian melaksanakan perbaikan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil kegiatan.
Dengan demikian manfaat penelitian ini
1. Siswa
a. Meningkatkan kemampuan dan hasil belajarsiswa dalam materi pengaruh gaya terhadap gerak benda pada mata pelajaran IPA
b. Proses pembelajaran materi dasar-dasar bermain bolavoliIPA menjadi aktif dan atraktif.
c. Memberi masukan bagi siswa untuk meningkatkan pemehaman dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Guru
a. Untuk meningkatkan kualitas mengajar IPA
b. Menerapkan metode pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan edukatif
c. Sebagai acuan menentukan langkah-langkah penyusunan Penelitian Tindakan Kelas dan sebagai bahan kajian bahwa Penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat untuk menemukan permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Sekolah
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk mengembangkan metode pembelajaran.
b. Meningkatkan prestasi pendidikan di Kecamatan BayongbongKabupaten Garut.
c. Memahami tentang cara penyusunan, perumusan, serta langkah-langkah menyusun Penelitian tindakan kelas. Serta betapa pentingnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sangat bermanfaat bagi guru.
d. Bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan guru pada khususnya, yang berkenaan dengan Penelitian Tindakan Kelas








BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORI
1. Hakikat Pembelajaran IPS
IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam.Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA.
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2001:7) adalah sebagai berikut:
1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
2. Observasi dan eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).
2. Proses Belajar Mengajar IPA
Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000:5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000:5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000:4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997:18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.

3. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997:1972). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan melalui proses menemukan. Fungsi pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri (Hudojo, 1988, 114). Metode pembelajaran yang ekstrim seperti ini sangat sulit dilaksanakan karena peserta didik belum sebagai ilmuwan, tetapi mereka masih calon ilmuwan. Peserta didik masih memerlukan bantuan dari pengajar sedikit demi sedikit sebelum menjadi penemu yang murni. Jadi metode pembelajaran yang mungkin dilaksanakan adalah metode pembelajaran penemuan terbimbing dengan demikian kegiatan belajar mengajar melibatkan secara maksimum baik pengajar maupun pesertra didik.
Seperti uraian di atas bahwa penemuan terbimbing (Guided Discovery) merupakan salah satu dari jenis metode pembelajaran penemuan. Oleh Howe (dalam Hariyono, 2001:3) menyatakan bahwa penemuan terbimbing tidak hanya sekedar keterampilan tangan karena pengalaman, kegiatan pembelajaran dengan model in tidak sepenuhnya diserahkan pada siswa, namum guru masih tetap ambil bagian sebagai pembimbing. Penemuan terbimbing merupakan suatu metode pembelajaran yang tidak langsung (Indirect Instuction). Siswa tetap memiliki porsi besar dalam proses penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
Menurut Soedjadi (dalam Purwaningsari, 2001:1) metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah metode pembelajaran yang sengaja dirancang dengan menggunakan pendekatan penemuan. Para siswa diajak atau didorong untuk melakukan kegiatan eksperimental, sedemikian sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan sesuatu yang diharapkan.
Dalam pembelajaran penemuan terbimbing tugas guru cenderung menjadi fasilitator. Tugas ini tidaklah mudah, lebih-lebih kalau menghadapi kelas besar atau siswa yang lambat atau sebaliknya amat cerdas. Karena itu sebelum melaksanakan metode pembelajaran dengan penemuan ini guru perlu benar-benar mempersiapkan diri dengan baik. Baik dalam tiap hal pemahaman konsep-konsep yang akan diajarkan maupun memikirkan kemungkinan yang akan terjadi di kelas sewaktu pembelajaran tersebut berjalan. Dengan kata lain guru perlu mempersiapkan pembelajaran dengan cermat, Soedjadi (dalam Purwaningsari, 2001:18).
Keuntungan dan kelemahan metode pembelajaran penemuan terbimbing.
1. Keuntungan metode pembelajaran penemuan terbimbing
Menurut Siadari (2001:26) keuntungan dari pembelajaran metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah:
a. Pengetahuan ini dapat bertahan lama, mudah diingat dan mudah diterapkan pada situasi baru.
b. Meningkatkan penalaran, analisis dan keterampilan siswa memecahkan masalaha tanpa pertolongan orang lain.
c. Meningkatkan kreatifitas siswa untuk terus belajar dan tidak hanya menerima saja.
d. Terampil dalam menemukan konsep atau memecahkan masalah.
2. Kelemahan dalam penemuan konsep atau memecahkan masalah.
Adapun kelemahan metode pembelajaran penemuan terbimbing menurut Ruseffendi (dalam Siadari, 2001:26) adalah sebagai berikut:
a. Tidak semua materi dapat disajikan dengan mudah, menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing.
b. Proses pembelajaran memerlukan waktu yang relatif lebih banyak.
c. Bukan merupakan metode pembelajaran murni, maksudnya tidak dapat berdiri sendiri (hanya dapat digunakan jika ada keterlibatan metode lain misal ekspositori, ceramah, dan lain sebagainya).
Sintak penemuan terbimbing menurut Arends (dalam Haryono, 2001:25), dapat ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 2.1. Sintaks Penemuan Terbimbing Model Arends
No Fase-fase Kegiatan Guru
1 Menyampaikan tujuan, mengelompokkan dan menjelaskan prosedur discovery Guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta guru menjelaskan aturan dalam metode pembelajaran dengan penemuan terbimbing
2 Guru menyampaikan suatu masalah Guru mejelaskan masalah secara sederhana
3 Siswa memperoleh data eksperimen Guru mengulangi pertanyaan pada siswa tentang masalah dengan mengarahkan siswa untuk mendapat informsi yang membantu proses inquiry dan penemuan
4 Siswa membuat hipotesis dan penjelasan Guru membantu siswa dlam membuat prediksi dan mempersiapkan penjelasan masalah
5 Analisis proses penemuan Guru membimbing siswa berfikir tentang proses intelektual dn proses penemuan dan menghubungkan dengan pelajaran lain.
Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa guru dalam metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai pembimbing siswa dalam nenemukan konsep.

B. KERANGKA BERPIKIR
1. Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Penemuan Terbimbing.
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hasil belajar IPA adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara IPA berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.
Untuk meningkatkan hasil belajar IPA, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses darIPAda hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar IPA meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan Penemuan Terbimbing. Pembelajaran dengan model Penemuan Terbimbing adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka.
Dari uraian di atas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa dibandingkan dengan pendekatan tradisional (metode ceramah).

2. Pendekatan dan Penerapan Model Penemuan Terbimbing dalam Mata Pelajaran IPA.
Pembelajaran model Penemuan Terbimbing berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan penuh dengan ide-ide.
Dalam pembelajaran model Penemuan Terbimbing tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

C. HIPOTESIS
Dari pembahasan di atas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas).
Dengan demikian dapat diduga bahwa:
1. Pembelajaran dengan model Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa Kelas IV SDN Hegarmanah III.
2. Pedekatan model Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran, aktif, kreatif,efektif dan menyenangkan.







BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah guru dan siswa Kelas IV semester II SDN Hegarmanah III Kecamatan Bayongbong Tahun Pelajaran 2010-2011, berjumlah 35 orang dengan perincian laki-laki 21 dan jumlah perempuan 14 orang.
2. Subjek Penelitian
Penenelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda dengan metode Pengajaran Terarah.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu semester atau enam bulan berturut-turut untuk melaksanaan pembelajaran, yang terdiri dari 2 siklus, masing-masing siklus 2 kali pertemua pelajaran, yaitu :
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran IPA

Siklus Pertemuan Hari /Tanggal Alokasi Waktu
Prasiklus Kamis, 10 Februari 2011 4 x 35 menit
Siklus I I Kamis, 17 Februari 2011 4 x 35 menit
II Kamis, 24 Februari 2011 4 x 35 menit
Siklus II I Kamis, 3 Maret 2011 4 x 35 menit
II Kamis, 10 Maret 2011 4 x 35 menit


B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).“Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. (Arikunto, S, 2008:3). Sedangkan menurut Suhardjono (2008:8) “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya”.Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis.tindakan tersebut sesuatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu
Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilakukan, yaitu (1). Perencanaan, (2). Pelaksanaan, (3). Pengamatan, dan (4). Refleksi. Adapun model masing-masing tahap adalah sebagai berikut:







Gambar 3.2 Alur PTK
Tahap 1 : Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tesebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara fihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamai proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi.
Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang dminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti. Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrurmen.
Dikarenakan pelaksana guru peneliti adalah pihak yang paling berkepentingan untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentingan guru peneliti, agar pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar, realistis, dan dapat dikelola dengan mudah,
1. Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merurpakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.
2. Tahap 3 : Pengamatan (Observasi)
Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dpisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat.
3. Tahap 4 : Refleksi (Reflecting)
Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam IPA pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.

C. PROSEDUR PENELITIAN
1. Prosedur Penelitian pada Siklus I
a Perencanaan
1) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
3) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
4) Memilih bahan pelajaran yang sesuai.
5) Menentukan skenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan Penemuan Terbimbing.
6) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.
7) Menyusun lembar kerja siswa.
8) Mengembangkan format evaluasi
9) Mengembangkan format observasi pembelajaran.
b Tindakan
1) Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
2) Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber.
3) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada bukusumber.
4) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.
5) Siswa berdiskusi membahas masalah (soal) yang sudah dipersiapkan oleh guru.
6) Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.
7) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).
c Observasi
1) Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan anekdot untuk mengumpulkan data.
2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).
d Refleksi
1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
2) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang scenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.
3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

2. Prosedur Penelitian pada Siklus II
a Perencanaan
Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternatif pemecahan masalah, menentukan indikator pencapaian hasil belajar, pengembangan program tindakan II.
b Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
1) Guru melakukan appersepsi.
2) Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
3) Siswa mengamati gambar-gambar / foto-foto yang sesuai dengan materi.
4) Siswa bertanya jawab tentang gambar / foto.
5) Siswa menceritakan materi Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda yang ada pada gambar.
6) Siswa mengumpulkan bacaaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan.
7) Presentasi hasil diskusi.
8) Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.
c Observasi
Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung, menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.
d Refleksi
1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
2) Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II.
3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus II.
4) Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I. Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu dengan berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui ”Penemuan Terbimbing”dengan mengadakan diskusi kelompok belajar, dimana para siswa dilatih untuk menyimpilkan isis berita.
Belajar IPA serasa lebih menyenangkan, meningkatkan motivasi / minat siswa, kerjasama dan partisIPAsi siswa semakin meningkat.
Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam catatan anekdot dan jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap IPA. Bila 70% siswa telah berhasil, permasalahan Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda melalui metode Penemuan Terbimbing, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.
Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi ”Menyimpulkan isis berita” dan aktivitas siswa ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 1.
Kriteria nilai penguasaan materi / soalPengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda.

No Nilai Kriteria
1 < 50 Kurang
2 60 – 69 Sedang
3 70 – 89 Baik
4 90 – 100 Baik Sekali


Tabel 2.
Kriteria aktivitas siswa yang relevan.

No Nilai Kriteria
1 < 50 Kurang
2 60 – 69 Sedang
3 70 – 89 Baik
4 90 – 100 Baik Sekali

D. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1) Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian motivasi dan prestasi.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masig RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian motivasi dan prestasi, tujuan pembelajran khusus dan kegiatan belajar mengajar.
3) Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengelolahan penerapan metode penemuan terbimbing , untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
c. Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk mengukur penilaian pembelajaran IPA adalal skala penilaian dengan aspek yang dinilai adalah pengetahuan, praktek, Produk dan sikap ilmiah. Nilai setiap aspekaktif: (3), kadang-kadang: (2), tidak aktif: 1.

E. Teknik Pengolahan Data
Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengolah data yang terkumpul seperti:
a. Data aktifitas siswa sewaktu proses pembelajaran yaitu dari lembar observasi.
b. Data berupa nilai yang diperoleh dari hasil uji kompetensi
c. Data lembar observasi pengamat
2. Menyeleksi data
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul dapat diolah atau tidak
3. Menghitung Persentase
Persentase digunakan untuk melihat besarnya persentase dari setiap alternatif jawaban pada setiap pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat dianalisa.
Menyimpulkan hasil penelitian setelah data dianalisis.

F. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kuantitatif yang berupa perhitungan dan teknik kualitatif yang berupa uraian. Setelah data terkumpul dan diperiksa, bila memenuhi persyaratan maka data tersebut ditabulasikan dalam tabel yang siap untuk pengolahan. Setelah di cek kebenarannya kemudian dihitung persentasenya.








BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
Pembelajaran IPA di Kelas IV SDN Hegarmanah III ini dilakukan dalam dua siklus.Pada setiap siklus, data yang diambil adalah aktivitas dan nilai evaluasi pada akhir siklus.
Hasil observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:
Table 3.
Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran.

No. Indikator Ketercapaian
Siklus I Siklus II
  1. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat 56% 94%
  2. Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok) 61% 89%
  3. Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok 50% 83%
  4. Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran 67% 89%
  5. Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (Dalam kerja kelompok) 67% 94%
  6. Partisipasi siswa dalam pembelajaran (memperhatikan), ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru). 78% 94 Jumlah 63% 91%

Berdasarkan tabel 3 di atas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yaitu sebesar 28%.
Tabel di atas dapat tersaji dalam grafik sebagai berikut ini.
Grafik 1
Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran



Selanjutnya data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran terlihat pada table 4.
Table 4.
Data Aktivitas Siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran.

No. Indikator Ketercapaian
Siklus I Siklus II
1 Tidak memperhatikan penjelasan guru 44% 6%
2 Mengobrol dengan teman 50% 6%
3 Mengerjakan tugas lain 33% 11%
Rata – rata 43% 7%

Tabel di atas dapat tersaji dalam grafik sebagai berikut ini.



Grafik 2
Data aktivitas siswa yang Kurang relevan dengan pembelajaran



Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus II mengalami penurunan dibandingkan dengan siklus I yaitu sebesar 35%.
Data pemahaman Siswa tentang materi menyimpulkan isi berita ketuntasan belajar dari siklus ke siklus dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.
Tabel 5.
Data Pemahaman Siswa tentang materi menyimpulkan isi berita dan ketuntasan belajar siswa.

No. Aspek yang diamati Ketercapaian
Siklus I Siklus II
1 Nilai Rata-rata pemahaman materi 67% 82%
2 Siswa yang telah tuntas 55% 85%
3 Siswa yang belum tuntas 45% 15%


Tabel di atas dapat tersaji dalam grafik sebagai berikut ini.
Grafik 3
Data Pemahaman Siswa dan ketuntasan belajar siswa

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, nilai rata-rata pemahaman siswa tentang materi menyimpulkan isi berita mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, begitu juga prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 35%.

A. PEMBAHASAN
Siklus pertama dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 –5 orang. Setiap anggota kelompok diberi Lembar Kerja yang telah disediakan oleh guru. Tiap-tiap kelompok melakukan pembahasan.
Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat keberanian siswa bertanya dan mengemukakan pendapat, rerata perolehan skor pada siklus pertama 56% menjadi 94%, mengalami kenaikan 39 %. Begitupun dalam indikator motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran pada siklus pertama rata-rata 61 % dan pada siklus kedua 89% mengalami kenaikan 28%. Dalam indikator interaksi siswa selama mengikuti diskusi kelompok pada siklus pertama 50% dan pada siklus kedua 83% mengalami kenaikan sebesar 33%. Dalam indikator hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran, pada siklus pertama 67% dan pada siklus kedua 89% mengalami kenaikan sebesar 22%. Dalam indikator hubungan siswa dengan siswa, pada siklus pertama 67% sedangkan pada siklus kedua 94% mengalami kenaikan sebesar 28%. Dalam indikator partisipasi siswa dalam pembelajaraan terlihat pada siklkus pertama 78%, sedangkan pada silklus kedua 94% mengalami kenaikan sebesar 17%. Sedangkan rata-rata ketercapaian siklus I 63% dan siklus II 91% atau mengalami kenaikan sekitar 28%.
Melalui model Penemuan Terbimbing ini terlihat hubungan siswa dengan guru sangat signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep creatif learning yaitu melalui discovery dan invention serta creativity and diversity sangat menunjol dalam model pembelajaran ini. Dengan model Penemuan Terbimbing guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien yaitu belajar bagaimana cara belajar (learning how to learn). Dalam metode learning how to learn guru hanya sebagai guide (pemberi arah/petunjuk) untuk membantu siswa jika menemukan kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah.
Dalam model Kooperatif Penemuan Terbimbing melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati karakteristik atau gaya belajar masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas visual (gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling mengajukan argumentasi dengan cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru kemudian menyampaikan pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas Auditorial (gaya belajar Auditorial). Dan siswa yang dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, mampu membuktikan teori ke dalam praktek, mampu memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas Kinestetik (gaya belajar Kinestetik). Kelompok kinestetik ini tergolong kepada tipe belajar konvergen dimana siswa memiliki kekuatan otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya dengan menggunakan kata tanya “How” (bagaimana).
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas diatas prosentasi ketercapaian pada siklus pertama mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus kedua, maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II bahwa melalui model Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan kemampuan memecahkan materi menyimpulkan isi berita dalam mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Hegarmanah III.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV di atas, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu:
1. Skor rata-rata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat meningkat dari 63% menjadi 91% mengalami kenaikan sebesar 28%.
2. Skor rata-rata aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama rata-rata skor aktivitas siswa yang tidak relevan sebesar 43%, sedangkan pada siklus kedua sebesar 7% mengalami penurunan sebesar 35%.
3. Skor rata-rata pemahaman siswa tentang materi menyimpulkan berita, pada siklus pertama sebesar 67 dan pada siklus kedua pada siklus kedua 92, tergolong baik demikian juga tentang penuntasan belajar pada siklus pertama 55% dan pada siklus kedua menjadi 85%.
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan materi menyimpulkan beritapada pelajaran IPA pada siswa Kelas IVHegarmanah IIIKecamatan Bayongbong Kabupaten Garut.

B. SARAN
Berdasarkan temuan-temuan di atas, ada beberapa saran yang perlu peneliti sampaikan sebagai berikut:
  1. Pembelajaran IPA dapat menggunakan model Penemuan Terbimbing sebagai salah satu alternatif dalam proses penyampaian pembelajaran di Sekolah.
  2. Melalui pembelajaran model Penemuan Terbimbing , guru dapat dengan mudah merespon potensi atau modalitas siswa dalam setiap kelompok belajar, apakah tergolong kepada kelompok Visual, atau kelompok Auditorial atau kelompok Kinestetik. Dengan demikian seorang guru yang profesional dapat lebih efektif dapat melakuakn kegiatan proses belajar mengajar, serta dengan mudah dapat merespon perbedaan-perbedaan potensi yang dimiliki peserta didiknya.
  3. Guru sebaiknya pandai dalam memilih maupun menerapkan metode pembelajaran agar pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.




BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV di atas, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu:
  1. Skor rata-rata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat meningkat dari 63% menjadi 91% mengalami kenaikan sebesar 28%.
  2. Skor rata-rata aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama rata-rata skor aktivitas siswa yang tidak relevan sebesar 43%, sedangkan pada siklus kedua sebesar 7% mengalami penurunan sebesar 35%.
  3. Skor rata-rata pemahaman siswa tentang materi menyimpulkan berita, pada siklus pertama sebesar 67 dan pada siklus kedua pada siklus kedua 92, tergolong baik demikian juga tentang penuntasan belajar pada siklus pertama 55% dan pada siklus kedua menjadi 85%.
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model Penemuan Terbimbingdapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan materi menyimpulkan beritapada pelajaran IPA pada siswa Kelas IVHegarmanah III Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut.

C. SARAN
Berdasarkan temuan-temuan di atas, ada beberapa saran yang perlu peneliti sampaikan sebagai berikut:
  1. Pembelajaran IPA dapat menggunakan model Penemuan Terbimbing sebagai salah satu alternatif dalam proses penyampaian pembelajaran di Sekolah.
  2. Melalui pembelajaran model Penemuan Terbimbing, guru dapat dengan mudah merespon potensi atau modalitas siswa dalam setiap kelompok belajar, apakah tergolong kepada kelompok Visual, atau kelompok Auditorial atau kelompok Kinestetik. Dengan demikian seorang guru yang profesional dapat lebih efektif dapat melakuakn kegiatan proses belajar mengajar, serta dengan mudah dapat merespon perbedaan-perbedaan potensi yang dimiliki peserta didiknya.
  3. Guru sebaiknya pandai dalam memilih maupun menerapkan metode pembelajaran agar pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.




DAFTAR PUSTAKA






Asep Herry Hermawan, dkk (2004), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran:Jakarta, Universitas Terbuka

Arikunto, Suharsimi (2007) Penelitian Tindakan Kelas (On Line).Tersedia di http://www.scribd.com/doc/2473703/Penelitian-Tindakan-Kelas-PTK-SUHARSIMI-ARIKUNTO.

Asep Herry Hermawan, dkk (2004), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran:Jakarta, Universitas Terbuka.

Asmawi Zainul , dkk, Tes dan Assesment di SD, Jakarta, Universitas Terbuka.

Depdiknas (2006), Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar:Jakarta

Mustikasari, Ardiani (2008). Mengenal Media Pembelajaran(On Line). Tersedia di http://edu-articles.com/mengenal-media-pembelajaran/.

Sudrajat, Akhmad (2008). Media Pembelajaran(On Line).Tersedia dihttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran/.


Tim FKIP. (2008), Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan) Jakarta:Universitas Jakarta.

Wardani, I.G.K, dkk (2007) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, Universitas Terbuka.


Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.


1 komentar: